The Domino Effect: Stimulus Terbaru Cina dan Dampaknya terhadap Indonesia
- juaracap
- 29 Okt 2024
- 4 menit membaca
Diperbarui: 30 Okt 2024
Key Takeaways:
Cina telah mengumumkan potensi stimulus yang akan diberikan, mencakup kebijakan di sektor properti, kebijakan moneter, dukungan untuk pasar modal, serta bantuan sosial.
Pemulihan sektor properti dan konsumsi di Cina dapat memberikan manfaat bagi produsen nikel, batu bara, dan mungkin minyak kelapa sawit serta consumer goods di Indonesia.
Likuiditas di sistem keuangan Cina juga dapat mendorong investasi langsung asing (FDI) ke Indonesia yang bisa memperkuat nilai tukar rupiah dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Pada akhir September 2024, Cina mengumumkan serangkaian stimulus untuk memulihkan ekonomi mereka. Stimulus ini mungkin mencakup tapi tidak terbatas pada:
menghimbau bank untuk menurunkan suku bunga hipotek sebesar 50 bps,
mengurangi persyaratan uang muka untuk rumah kedua dari 25% menjadi 15%,
membeli lahan yang sudah terjual namun belum dikembangkan, serta membeli perumahan yang belum terjual untuk dijadikan perumahan terjangkau,
meningkatkan proporsi pinjaman Bank Sentral Cina (PBOC) yang dapat digunakan pemerintah daerah untuk membeli rumah yang tidak terjual dari 60% menjadi 100%,
memotong suku bunga reverse repo 7 hari sebesar 20 bps, dari 1,7% menjadi 1,5%,
mengurangi Rasio Persyaratan Cadangan (RRR) sebesar 50 bps, yang akan menyuntik sekitar 1 triliun RMB (USD 140 miliar) untuk mendorong pemberian pinjaman,
menyuntikkan likuiditas sebesar RMB 800 miliar (USD 112 miliar) ke pasar saham,
mendirikan dana stabilisasi pasar saham,
memberikan fasilitas pinjaman khusus untuk buyback saham,
memotong Loan Prime Rate (baru dilakukan) dan suku bunga deposito sebesar 25 bps, serta suku bunga Medium-Term Lending Facility sebesar 30 bps,
memberikan bantuan tunai kepada rumah tangga yang membutuhkan,
memberikan tunjangan bulanan sebesar RMB 800 (USD 112) per anak tambahan, bagi keluarga dengan >1 anak.
(Bloomberg, DBS, Indo Premier, Maybank Securities, 2024)
Stimulus PBOC diperkirakan akan menghasilkan beberapa dampak penting bagi Cina:
Membuat kepemilikan rumah lebih terjangkau, mendorong lebih banyak orang untuk membeli rumah dan meningkatkan pengeluaran.
Pemerintah daerah dapat membeli rumah yang belum terjual untuk menstabilkan sektor properti, mencegah penurunan harga lebih lanjut, dan mendukung para developer properti.
Mendorong bank untuk meningkatkan pinjaman yang akan mendorong investasi.
Membantu menstabilkan pasar saham dan meningkatkan sentimen investor.
Cina adalah mitra dagang terbesar Indonesia, dan permintaan mereka yang signifikan untuk komoditas seperti batu bara dan nikel menawarkan potensi peningkatan bagi sektor ekspor Indonesia jika stimulus ini terealisasi. Dampak berantai dari pemulihan ekonomi Cina dapat merangsang sektor komoditas Indonesia.
Gambar 1: Tujuan Ekspor Indonesia Berdasarkan Nilai (USD Juta)

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), JUARA
Stimulus ini sangat penting bagi Indonesia, mengingat Cina adalah tujuan ekspor terbesar bagi Indonesia, yang menyumbang 25% dari nilai ekspor negara pada tahun 2023, menurut BPS (Gambar 1). Kami percaya bahwa pemulihan permintaan Cina untuk komoditas utama, seperti batu bara, nikel, dan kemungkinan minyak kelapa sawit mentah (CPO), akan meningkatkan volume ekspor dan memperbaiki neraca perdagangan Indonesia. Peningkatan ekspor tidak hanya akan meningkatkan pendapatan perusahaan Indonesia tetapi juga merangsang pertumbuhan ekonomi di sektor-sektor utama seperti pertambangan.
Komoditas Nikel diperkirakan akan mendapat manfaat signifikan dari stimulus Cina, yang merupakan logam serbaguna dan dapat digunakan dalam berbagai industri, termasuk produksi baja tahan karat dan baterai kendaraan listrik (EV). Stimulus-stimulus ini juga bertujuan untuk meningkatkan penjualan perumahan baru, yang dapat meningkatkan penjualan barang rumah tangga di Cina pada 2025 (CGSI, 2024). Kenaikan permintaan household goods ini akan mendorong permintaan Nikel yang lebih tinggi dan produsen Nikel Indonesia dapat diuntungkan.
Ekspor batu bara dari Indonesia juga dapat meningkat secara substansial. Kami percaya bahwa stimulus seperti suntikan likuiditas dan penurunan suku bunga dirancang untuk meningkatkan aktivitas industri, yang akan meningkatkan permintaan untuk sumber energi seperti batu bara. Sebagai salah satu pemasok energi Cina, Indonesia dapat mengalami peningkatan permintaan batu bara, yang menyebabkan naiknya pendapatan, baik dari bertambahnya penjualan maupun potensi kenaikan harga komoditasnya.
Kami juga memperkirakan bahwa jika Cina memberikan bantuan tunai kepada warganya, pendapatan mereka yang dapat dibelanjakan akan meningkat, yang berujung pada peningkatan pengeluaran seperti makan di restoran. Jika ini terjadi, peningkatan konsumsi di restoran dapat menguntungkan produsen CPO kita, baik melalui peningkatan permintaan maupun harga yang lebih tinggi.
Perusahaan-perusahaan dengan paparan tinggi ke pasar Cina, seperti di sektor consumer goods, juga dapat diuntungkan karena peningkatan konsumsi Cina mendorong permintaan akan produk mereka. Semua tren ini juga dapat menyebabkan peningkatan aliran modal, yang memperkuat nilai tukar rupiah (IDR).
Peningkatan likuiditas dalam sistem keuangan Cina juga dapat mendorong FDI yang lebih besar ke Indonesia. Cina saat ini merupakan salah satu sumber utama FDI Indonesia, berkontribusi hampir 15% dari total aliran dana FDI (Gambar 2). Dengan lebih banyak likuiditas yang tersedia untuk investasi dan konsumsi, investor Cina dapat memperluas aktivitas mereka di Indonesia, yang juga bisa memperkuat rupiah.
Gambar 2: Nilai FDI di Indonesia dari Negara-Negara Asia (USD Juta)

Sumber: BPS, JUARA
Sebagai kesimpulan, stimulus yang diumumkan oleh Cina memiliki potensi yang cukup signifikan pada perekonomian Indonesia. Dengan meningkatkan permintaan untuk komoditas batu bara, nikel dan CPO, kebijakan ini dapat menghasilkan volume ekspor yang lebih tinggi dan meningkatkan pendapatan bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia. Selain itu, meningkatnya likuiditas di Cina dapat mendorong FDI lebih lanjut ke Indonesia, memperkuat rupiah, dan memperkuat perekonomian. Di tengah usaha Cina mencapai target pertumbuhannya, Indonesia juga berpotensi mendapat manfaat dari pemulihan ekonomi mitra dagang terbesarnya.
Daftar Referensi
Badan Pusat Statistik Indonesia (2024). Nilai Ekspor Menurut Negara Tujuan Utama (Nilai FOB: juta US$), 2000-2023 - Tabel Statistik. [online] Bps.go.id. Available at: https://www.bps.go.id/id/statistics-table/1/MTAxMCMx/nilai-ekspor-menurut-negara-tujuan-utama--nilai-fob--juta-us----2000-2023.html [Accessed 9 Oct. 2024].
Bloomberg.com. (2024). China Announces Cash Handouts for the Poor in Rare Use of Aid. [online] Available at: https://www.bloomberg.com/news/articles/2024-09-25/china-announces-cash-handouts-for-the-poor-in-rare-use-of-aid [Accessed 25 Sep. 2024].
Chenlim, J. and Santoso, J. (2024). Riding on China reflation trade. Maybank.
DBS (2024). CIO Weekly GLOBAL ECONOMICS. DBS.
Feifei, S. and Yang, L. (2024). China’s stimulus policy gradually taking effect. CGS International.
Ji, M., Chow, N., Tse, S. and Lam, B. (2024). China: New round of stimulus. DBS.
Kristanto, H. and Sidauruk, K. (2024). The Fulcrum of China’s Stimulus. BRI Danareksa Sekuritas.
Kurniawan, A. and Taslim, V. (2024). FOCUS | Metal. Mandiri Sekuritas.
Putra, A. (2024). China Steals Spotlight Overnight. Sucor Sekuritas.
Tay, E. and Bin, C.H. (2024). PBOC Goes Big: Game-Changer? Raising 2025 GDP Forecast . Maybank.
Winipta, R. and Parengkuan, R. (2024). China stimulus sentiment + overly bearish positioning = short-squeeze. Indo Premier.
Juara Capital Indonesia, 29 Oktober 2024
Comments